Rabu, 18 Juli 2012

NIKAH ITU MAHAL


NIKAH ITU MAHAL

Ada satu hal yang paling malas untuk ku lakukan untuk saat ini, mungkin hal tersebut bisa di berikat predikat musuh terbesar ku untuk saat ini, rasanya jantungku ingin berhenti kalau-kalau harus aku jalani hal tersebut.

“Menghadiri pesta pernikahan”, ya…pesta pernikahan, dengan usia ku yan kini ¼ abad lebih 12 bulan banyak dari mereka yang beranggapan bahwasannya aku sudah pantas bila sore menjelang berada disebuah taman dengan menggendong seorang bayi mungil, atau yang paling parahnya aku sudah pantas untuk bangun dari kelelapan tidur dan mimpi indahku di jam satu pagi lalu pontang panting mencari segelas cendol untuk istriku yang sedang mengidam.

Ya tapi syukur – syukur kalau ngidamnya hanya segelas cendol doang, gak kebayang aja kalau ngidamnya memanah buah mengkudu di atas kepala dan di seluruh tubuhku yang bisa menjepit buah mengkudu tersebut, bisa – bisa seumur hidupku hanya memiliki satu orang anak doang dan itu pun kalau istri ku tidak keguguran ya di karenakan hobby istriku yaitu salto – salto di tempat tidur saat ngilindur “mungkin bawaan orok ya” atau yang lebih tragisnya mengidam ini adalah suatu proses pencepatan status janda buat istri ku. Tapi bagus juga pemikiran bego ini karena bisa jadi satu alasan buat ku untuk berkata “aku belum siap menikah, aku gak mau impoten, atau aku belom siap di tanyain malaikat di liang kubur”.

Oke…kembali kemasalah pernikahan tadi,

Kenapa aku males untuk menghadiri pesta pernikahan, bukan karena aku yang memiliki suara pas-pas’an untuk berada di sebuah panggung keyboard, heemm….tapi kalau di fikir-fikir gak juga sih, aku punya suara yang bagus kok, serius aku gak bohong, “do..do…ree..ree..mii..” (haha…gimana **megang pisau silet..?

Anggapan mereka yang bahwasannya aku sudah pantas untuk berkeluarga, maka dengan sendirinya menimbulkan sebuah pertanyaan yang memekakkan telingaku bahkan lebih tidak enak di dengar dari suara mercon cabe pecahan botol saat asmara shubuh.

“eh…kapan nikah…?”
“eh…kapan nyusul…?”
“eh…kapan nyusul, ingat umur lho…?”

Ya, aku sangat males kalau harus mendengar pertanyaan itu, Pingin banget rasanya aku nyumpel mulut mereka semua dengan hidangan yang ada supaya aku gak mendengar lagi pertanyaan memuakkan itu, atau gimana jadinya kalau pertanyaan mereka itu aku kembalikan ke mereka pada saat menghadiri acara pemakaman, 

“Ehh…kapan nyusul”

Gak tahu deh apa jadi nya, mungkin mereka semua serentak akan mengubur aku hidup-hidup seketika itu juga.

Tahu gak, bahkan lebih gilanya lagi pertanyaan-pertanyaan itu  gak hanya muncul pada saat pesta pernikahan saja, bahkan pada saat lebaran juga pokoknya dimana ada pertemuan maka pertanyaan itu pun tak luput ikut serta juga.

“kakek,nenek, om, tante, minal aidin wal faidzin, maaf lahir batin ya”
“sama-sama ya cu, nak”
“oh ya…kapan ni kamu nikah, gak pingin apa lebaran bareng sama istri, masa sama mamaknya terus sih”

Ya ampun…belom lagi kering tuh bibir abis maaf – maafan dah bikin kesel lagi, maen samber aja kaya bensintuh bibir, kasih THR kek dulu baru ngomong, mungkin itu akan lebih asik.
Ulang tahun, yaaa…ulang tahun juga,

“tiditt…tiditt..tiditt…”

Sms memenuhi inbox HP ku

“Ehh..HBD ya sobat”
“Upss…ada yang Ultah ni, met ultah ya semoga apa yang kamu inginkan segera terkabul”
“Hemm..Met milat ya kawan, pokoke mua muanya deh”

Banyak bentuk sms yang masuk memenuhi inbox ku, mulai dari bentuk ucapan biasa aja, yang alai juga ada, sampai ada yang mengirim cerpen segala dengan mengirim 6 bahkan sampai 10 sms untuk cerpennya.

“26 tahun yang lalu, tergeletaklah seorang wanita dengan perut membusung,bla…bla..bla..bla.. HBD ya pren”

Dan syukurnya sms itu gak dibaca oleh emakku, mukin kalau saja beliau membacanya yakin dan pasti tuh orang akan di tabok pipi kiri dan kanan plus repetan satu jam non stop dan akhirnya mengalami diare berminggu - minggu.

Ya jelas aja di tabok, cepernya sih bagus tapi kalimatnya di lihat dong, “tergeletak” emang emak ku korban tabrak lari apa, “perut membusung” sebenarnya emak ku mau melahirkan apa menderita penyakit busung lapar akut stadium akhir, hati – hati sob emak ku memiliki kemampuan menjatuhkan lawan dengan lidahnya yang belum tentu di miliki emak mu.

Jujur, sebenarnya aku senang dengan sms mereka, karena dari itu aku bisa tahu berapa banyak dari mereka yang peduli dengan hari lahirku, tapi satu kalimat yang membuat mataku malas membaca sms mereka, beberapa spasi kebawah tidak akan ketinggalan,

“NB : KAPAN LAGI NI NIKAHNYA”
“NB : KAPAN LAGI NI EMAK LOE NIMANG CUCU”

Dengan NB, huruf gede semua, mungkin kalau di tambahkan dengan garis bawah, dimiringkan, dibold, dan dengan font arial black maka semuanya akan keliatan sempurna.

Oke…oke…oke…aku nikah, besok pun boleh, emang kalian mau nyumbang berapa untuk resepsi, emang kalian mau nanggung biaya hidup istriku, emang mau nanggung biaya sekolah anak-anak ku entar,

Inilah yang menjadi fikiran ku, siapa sih yang gak pengen nikah, pasti semuanya pengen “abis enak katanya, hee..he,..” tapikan banyak sih yang harus difikirkan, bukan hanya resepsi doangkan, bagaimana ntar setelah resepsi, bagaimana ntar kalau istri melahirkan, bagaimana jika ntar anak sekolah, apa bisa di bayar pakai daun rambong, trus apa mau ntar anak orang yang di nikahi di kasih makan batu apa.

Haa…Haa…sekarng mau ngomong apa lagi kalian,

Oh ya satu lagi…Jodoh di tangan tuhan, jadi gimana pun atau seluruh masyarakat kota medan menyuruh aku nikah kalau emang tuhan belom mendatangkan jodohku, apa yang bisa kita buat..? setidaknya aku sudah berusaha dan berdoa, haha….haa..ha…aku menang, dan jangan protes lagi.


Medan, 14 Juli 2012
Created by :
Husni Tujuh Dua