NIKAH ITU MAHAL
Ada satu hal
yang paling malas untuk ku lakukan untuk saat ini, mungkin hal tersebut bisa di
berikat predikat musuh terbesar ku untuk saat ini, rasanya jantungku ingin
berhenti kalau-kalau harus aku jalani hal tersebut.
“Menghadiri
pesta pernikahan”, ya…pesta pernikahan, dengan usia ku yan kini ¼ abad lebih 12
bulan banyak dari mereka yang beranggapan bahwasannya aku sudah pantas bila
sore menjelang berada disebuah taman dengan menggendong seorang bayi mungil,
atau yang paling parahnya aku sudah pantas untuk bangun dari kelelapan tidur
dan mimpi indahku di jam satu pagi lalu pontang panting mencari segelas cendol
untuk istriku yang sedang mengidam.
Ya tapi syukur
– syukur kalau ngidamnya hanya segelas cendol doang, gak kebayang aja kalau
ngidamnya memanah buah mengkudu di atas kepala dan di seluruh tubuhku yang bisa
menjepit buah mengkudu tersebut, bisa – bisa seumur hidupku hanya memiliki satu
orang anak doang dan itu pun kalau istri ku tidak keguguran ya di karenakan
hobby istriku yaitu salto – salto di tempat tidur saat ngilindur “mungkin bawaan orok ya” atau yang lebih
tragisnya mengidam ini adalah suatu proses pencepatan status janda buat istri
ku. Tapi bagus juga pemikiran bego ini karena bisa jadi satu alasan buat ku untuk
berkata “aku belum siap menikah, aku gak mau
impoten, atau aku belom siap di tanyain malaikat di liang kubur”.
Oke…kembali
kemasalah pernikahan tadi,
Kenapa aku
males untuk menghadiri pesta pernikahan, bukan karena aku yang memiliki suara
pas-pas’an untuk berada di sebuah panggung keyboard, heemm….tapi kalau di
fikir-fikir gak juga sih, aku punya suara yang bagus kok, serius aku gak bohong,
“do..do…ree..ree..mii..” (haha…gimana
**megang pisau silet..?
Anggapan mereka
yang bahwasannya aku sudah pantas untuk berkeluarga, maka dengan sendirinya
menimbulkan sebuah pertanyaan yang memekakkan telingaku bahkan lebih tidak enak
di dengar dari suara mercon cabe pecahan botol saat asmara shubuh.
“eh…kapan
nikah…?”
“eh…kapan
nyusul…?”
“eh…kapan
nyusul, ingat umur lho…?”
Ya, aku sangat
males kalau harus mendengar pertanyaan itu, Pingin banget rasanya aku nyumpel
mulut mereka semua dengan hidangan yang ada supaya aku gak mendengar lagi
pertanyaan memuakkan itu, atau gimana jadinya kalau pertanyaan mereka itu aku
kembalikan ke mereka pada saat menghadiri acara pemakaman,
“Ehh…kapan
nyusul”
Gak tahu deh
apa jadi nya, mungkin mereka semua serentak akan mengubur aku hidup-hidup
seketika itu juga.
Tahu gak,
bahkan lebih gilanya lagi pertanyaan-pertanyaan itu gak hanya muncul pada saat pesta pernikahan
saja, bahkan pada saat lebaran juga pokoknya dimana ada pertemuan maka
pertanyaan itu pun tak luput ikut serta juga.
“kakek,nenek, om, tante, minal aidin wal
faidzin, maaf lahir batin ya”
“sama-sama ya cu, nak”
“oh ya…kapan ni kamu nikah, gak pingin apa
lebaran bareng sama istri, masa sama mamaknya terus sih”
Ya ampun…belom
lagi kering tuh bibir abis maaf – maafan dah bikin kesel lagi, maen samber aja
kaya bensintuh bibir, kasih THR kek dulu baru ngomong, mungkin itu akan lebih
asik.
Ulang tahun,
yaaa…ulang tahun juga,
“tiditt…tiditt..tiditt…”
Sms memenuhi
inbox HP ku
“Ehh..HBD ya
sobat”
“Upss…ada yang
Ultah ni, met ultah ya semoga apa yang kamu inginkan segera terkabul”
“Hemm..Met
milat ya kawan, pokoke mua muanya deh”
Banyak bentuk
sms yang masuk memenuhi inbox ku, mulai dari bentuk ucapan biasa aja, yang alai
juga ada, sampai ada yang mengirim cerpen segala dengan mengirim 6 bahkan
sampai 10 sms untuk cerpennya.
“26 tahun yang lalu, tergeletaklah seorang
wanita dengan perut membusung,bla…bla..bla..bla.. HBD ya pren”
Dan syukurnya
sms itu gak dibaca oleh emakku, mukin kalau saja beliau membacanya yakin dan pasti
tuh orang akan di tabok pipi kiri dan kanan plus repetan satu jam non stop dan
akhirnya mengalami diare berminggu - minggu.
Ya jelas aja
di tabok, cepernya sih bagus tapi kalimatnya di lihat dong, “tergeletak” emang
emak ku korban tabrak lari apa, “perut membusung” sebenarnya emak ku mau
melahirkan apa menderita penyakit busung lapar akut stadium akhir, hati – hati sob
emak ku memiliki kemampuan menjatuhkan lawan dengan lidahnya yang belum tentu
di miliki emak mu.
Jujur,
sebenarnya aku senang dengan sms mereka, karena dari itu aku bisa tahu berapa
banyak dari mereka yang peduli dengan hari lahirku, tapi satu kalimat yang
membuat mataku malas membaca sms mereka, beberapa spasi kebawah tidak akan
ketinggalan,
“NB : KAPAN
LAGI NI NIKAHNYA”
“NB : KAPAN
LAGI NI EMAK LOE NIMANG CUCU”
Dengan NB,
huruf gede semua, mungkin kalau di tambahkan dengan garis bawah, dimiringkan,
dibold, dan dengan font arial black maka semuanya akan keliatan sempurna.
Oke…oke…oke…aku
nikah, besok pun boleh, emang kalian mau nyumbang berapa untuk resepsi, emang
kalian mau nanggung biaya hidup istriku, emang mau nanggung biaya sekolah
anak-anak ku entar,
Inilah yang
menjadi fikiran ku, siapa sih yang gak pengen nikah, pasti semuanya pengen “abis enak katanya, hee..he,..” tapikan
banyak sih yang harus difikirkan, bukan hanya resepsi doangkan, bagaimana ntar
setelah resepsi, bagaimana ntar kalau istri melahirkan, bagaimana jika ntar
anak sekolah, apa bisa di bayar pakai daun rambong, trus apa mau ntar anak
orang yang di nikahi di kasih makan batu apa.
Haa…Haa…sekarng
mau ngomong apa lagi kalian,
Oh ya satu
lagi…Jodoh di tangan tuhan, jadi gimana pun atau seluruh masyarakat kota medan
menyuruh aku nikah kalau emang tuhan belom mendatangkan jodohku, apa yang bisa
kita buat..? setidaknya aku sudah berusaha dan berdoa, haha….haa..ha…aku
menang, dan jangan protes lagi.
Medan, 14 Juli 2012
Created by :
Husni Tujuh Dua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar