Minggu, 22 Desember 2013

IBU dan Republik INDONESIA

        Ulang tahun adalah satu hari peringatan dimana kita dilahirkan yang setiap tahunnya pasti kita semua merayakannya. Berbagai doa kita ucapkan ketika memperingati hari ulang tahun itu, mulai dari panjang umur, murah rezeki, sehat selalu, tercapai cita-cita sampai dengan cepat dapat jodoh, doa ini selalu kita di ada disetiap perayaan hari ulang tahun kita baik kita sendiri yang mengucapkannya maupun dari orang-orang yang mengucapkan selamat.

            It’s Oke, ini adalah satu kebiasaan yang secara turun temurun kita lakukan sejak dahulu, dan bahkan tidak sedikit dari kita ketika berulang tahun menunggu ucapan dari orang-orang terdekat kita, mulai dari kekasih, teman, sahabat, rekan dan sebagainya, kebanyakan dari kita ketika merayakan hari ulang tahun hanya berfikir berdoa untuk semua harapan-harapan kita, bahkan tidak sedikit dari kita rela untuk begadang menunggu perubahan tanggal dan hari untuk menyambut hari ulang tahun kita layaknya perayaan tahun baru, atau mempersipakan segala sesuatu untuk bersenang-senang bersama teman, kekasih atau yang lainnya

Dan itu tetap ok jika harus dilakukan setiap tahunnya namun ada satu hal yang kita lupakan dan hampir tidak ada yang melakukannya ketika memperingati atau merayakan hari ulang tahun, “IBU” tidak sedikit dari kita melupakan kata ini ketika berulang tahun.

Sekarang kita lihat pada saat tanggal 17 Agustus, tanggal tersebut adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia, “hari LAHIRnya bangsa Indonesia”. Ya hari itu adalah hari ulang tahun bangsa Indonesia yang setiap tahunnya pasti kita semua merayakannya, bahkan kita selalu mengadakan ucapara bendera. Sekilas memang tidak ada bedanya dengan perayaan ulang tahun kita sendiri, namun ada satu hal yang tidak pernah di lewatkan ketika Upacra Bendera “Mengheningkan Cipta” pembina upacara akan slalu mengajak seluruh peserta upacara untuk mengheningkan cipta guna mengenang semua “Jasa para Pahlawan” yang gugur di medan perang demi mempersembahkan Kemerdekaan.

Sekarang kita kembali ke topik awal “Hari Ulang Tahun Kita” hari dimana kita dilahirkan dari rahim seorang ibu, hari dimana untuk pertama kalinya kita meneteskan air mata dan menangis dengan sangat keras, hari dimana untuk pertama kalinya kita menghirup udara segar di Bumi ini.

Pertanyaannya pernahkah kita mengenang jasa “IBU” dihari ulang tahun kita yang telah rela dan ikhlas dalam keadaan hidup dan mati saat Ia hendak melahirkan kita, yang tlah rela bersusah payah menjaga kita didalam kandungan selama 9 bulan, yang senantiasa berdoa untuk kesehatan dan keselamatan kita ketika nanti dilahirkan.

Pada hari itu kita hanya sibuk dengan kesenangan kita, kita hanya sibuk dengan pacar dan teman-teman kita, kita sibuk dengan hari ulang tahun kita bahkan kita slalu berfikir “siapa orang pertama yang akan mengucapkan selamat kepada kita” tapi kita tidak pernah berfikir untuk “menjadi orang pertama yang mengenang ulang tahun kita sendiri” dengan mengucapkan “terima kasih kepada Ibu” yang tlah melahirkan bahkan membesarkan kita.



Secara logika ketika Ibu melahirkan kita, orang akan datang mengunjungi dan mengucapkan selamat atas lahirnya kita dan itu diucapkan kepada ”IBU” kita bukan kepada “KITA” dan kini seiring berubahnya waktu dan ketika sudah tidak ada lagi orang-orang yang mengucapkan selamat kepada IBU pada hari lahirnya kita, kenapa kita tidak menjadi pengganti mereka yang pernah ada, kenapa kita tidak menyadari sebenarnya IBU lah yang jauh lebih pantas mendapatkan ucapan selamat itu, yang pantas mendapatkan doa-doa itu, karena IBU lah yang tlah menciptakan cerita, kisah dan sejarah pada hari itu yang kita kenang dengan “HARI KELAHIRAN KITA/HARI ULANG TAHUN”.

Tidak ada komentar: